Ahad, 21 April 2013

IMAN SEPERTI ANAK KECIL


Iman Seperti Anak Kecil

Matius 18:10
Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang
wajah Bapa-Ku yang di sorga.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 23; Matius 23; Yesaya 3-4

Karl Barth, seorang teolog ternama, dan juga salah satu yang terbesar di abad 20 ini, pernah ditanya oleh seorang anak muda seusai sebuah seminar, "Jika anda merangkum semua pengajaran anda, bagaimana anda merangkumnya dalam sebuah kalimat?"

Karl Barth menjawab dengan riang dengan mengutip lagu anak-anak Sekolah Minggu, "Jesus Loves me, this I know, for the Bible tells me so..." Lagu ini adalah lagu yang Karl Barth dengarkan waktu dia kecil, senantiasa disenandungkan oleh ibunya.

Seringkali iman anak kecil adalah harta yang "seolah" kita tinggalkan saat kita makin dewasa, saat karir kita makin hebat dan kita dipenuhi dengan segala metode manajemen dan analisa ekonomi yang rumit.

Hari ini, krisis ekonomi akibat kredit macet perumahan di Amerika, mengguncang sendi-sendi perekonomian dunia. Perusahaan - perusahaan besar yang mungkin tidak pernah terbayangkan akan goyah, ternyata goyah juga. Orang yang kita kira pintar ternyata gagal juga. Banyak orang mulai kuatir, memikirkan pekerjaan mereka, investasi mereka, masa depan mereka, dan lain-lain. Kekuatiran kita menggunung dan menghalangi mata iman kita untuk melihat bagaimana Allah memelihara kita seperti Dia memlihara burung pipit. Iman yang mungkin rasanya mudah kita peroleh waktu kita kanak-kanak.

Terkadang pengetahuan kita yang tingi dan rumit menambah rasa kuatir kita, gantinya percaya pada Tuhan, kita menerima tekanan kekuatiran dan kegelisahan dari dunia. Tentu baik untuk belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan setinggi mungkin, akan tetapi biarlah kita bisa selalu percaya kepada-Nya, dengan iman yang sederhana, teguh, dan tidak tergoncangkan keadaan dunia. Iman yang sederhana itu, iman seorang anak kecil.

Rahasia terdalam tidak akan gagal dipahami
oleh iman sederhana seorang anak kecil.

Ahad, 7 April 2013

MONUMEN BERSEJARAH


Monumen Stonehenge


Stonehenge merupakan sebuah monumen batu peninggalan manusia purba pada zaman Perunggu dan Neolithikum yang terletak berdekatan dengan Amesbury sekitar 13 kilometer (8 batu) barat laut Salisbury Plain, Propinsi Wilshire, Inggris.
Stonehenge sendiri terdiri dari tiga puluh batu tegak (sarsens) dengan ukuran yang sangat besar (masing-masing batu pada mulanya seragam tingginya, yaitu 10 meter dengan masing-masing batu mempunyai berat 26 ton), semua batu tegak tersebut disusun dengan bentuk tegak melingkar yang dikenal sebagai megalithikum.

Terdapat perdebatan mengenai usia sebenarnya lingkaran batu itu, tetapi kebanyakan arkeolog memperkirakan bahwa sebagian besar bangunan Stonehenge dibuat antara 2500-2000 SM. Bundaran tambak tanah dan parit membentuk fase pembangunan monumen Stonehenge yang lebih, awal sekitar 3100 SM. Walaupun seusia dengan ( henges ) zaman Neolithikum yang menye rupai Stonehenge, Stonehenge mungkin memiliki keterkaitan dengan bulatan batu lain yang terdapat di British Isle seperti Cincin Brodgar namun ukuran trilitonnya sebagai contoh menjadikannya unik. Tempat ini dimasukkan dalam daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1986.


Di dalam 30 lingkaran batu besar tadi, juga masih terdapat sekitar 30 batu dengan ukuran yang lebih kecil yang dinamakan Lintels, yang disusun dengan bentuk melingkar juga.Tapi pada saat ini keba nyakan batu-batu tegak tadi telah terkikis dan jatuh.

Prasejarah

Menurut Arkeolog inggris, Richard Jhon Coplan Atkinson (1950), Stonehenge kira-kira dibangun sekitar 5000 tahun silam, pembangunannya sendiri dibagi menjadi beberapa fase (I,II,IIIa,IIIb, dan IIIc). Tentunya dengan banyaknya tahapan fase dalam pembangunan Stonehenge, menunjukkan bahwa bangunan tersebut memerlukan waktu yang sangat lama dalam pengerjaannya, mulai dari peng angkutan batunya sendiri sampai tahap pengukiran pada setiap batunya. Pene muan diketahui adanya ukiran disetiap batu Stonehenge, hal ini baru diketahui oleh para peneliti baru-baru ini. Menurut seorang Arkeolog, Tom Goskar, dengan metode scaning laser, ukiran-ukiran pada batu tersebut baru akan terlihat. Jika deng an mata telanjang tidak akan terlihat. Tentunya dengan ditemukannya bentuk-bentuk ukiran pada bebatuan, setidaknya bisa memberikan secercah harapan untuk menguak kegunaan Stonehenge pada masa lalu.

Kompleks Stonehenge dibangun dalam beberapa fase pembangunan selama 2.000 tahun dan sepanjang kurun waktu itu aktivitas terus berjalan. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya sesosok mayat seorang Saxon yang dipancung dan dikebumikan di tugu peringatan tersebut, dan kemungkinan mayat tersebut berasal dari abad ke-7 M.

Stonehenge I

Monumen pertama terdiri dari lingkaran tebing bulat dan parit berukuran 115 meter (320 kaki) diameter dan dengan satu pintu masuk di bagian timur laut. Fase ini adalah sekitar 3100 SM. Di bagian luar kawasan lingkaran terdapat 59 lubang, dikenal sebagai lubang Aubrey untuk memperingati Jhon Aubrey, arkeolog abad ketujuh belas yang merupakan orang pertama yang mengetahui lubang-lubang tersebut. Dua puluh lima dari lubang Aubrey diketahui mempunyai perkebumian abu pada dua abad setelah berdirinya Stonehenge. Tiga puluh abu mayat diletakkan di dalam parit kawasan lingkaran dan bagian lain dalam kawasan Stonehenge. Tembikar Neolitikum akhir telah ditemukan bersama-sama ini memberikan bukti tanggal. Sebuah batu tunggal monolit besar yang tidak dilicinkan dikenal sebagai ‘Batu Tumit’ ( Heel Stone ) terletak di luar pintu masuk.

Stonehenge II

Bukti fase kedua tidak lagi kelihatan. Bagaimanapun bukti dari beberapa lubang tiang dari waktu masa ini membuktikan terdapatnya beberapa bangunan kayu yang dibangun dalam kawasan lingkaran sekitar awal milenium ketiga SM. Beberapa kesan papan yang didapati dile takkan pada pintu masuk. Fase ini sama dengan tempat Woodhenge yang terletak berdekatan.

Stonehenge IIIa

Ekskavasi arkeologi menunjukkan bahwa sekitar 2600 SM, dua lengkungan bulan sabit dibuat dari lubang (dikenal sebagai lubang Q dan R) yang digali di tengah-teng ah lokasi. Lubang tersebut mengandung 80 batu biru tegak yang dibawa dari bukit Preseli, 250 batu di Wales. Batu-batu tersebut dibentuk menjadi tiang dengan teliti, kebanyakan terdiri dari batu jenis dolerite bertanda tetapi juga termasuk contoh batu rhyolite, tufa gunung berapi, dan myolite seberat 4 ton.

Pintu masuk dilebarkan pada masa ini menjadikannya selaras dengan arah matahari naik pertengahan musim panas dan matahari terbenam pertengahan musim semi masa tersebut. Monumen tersebut ditinggalkan tanpa disiapkan, sementara batu biru kelihatannya di pindah dan lubang Q dan R ditutup. Ini kemungkinan dilakukan pada masa fase Stonehenge IIIb. Monumen ini kelihatannya melebihi tempat di Avebury dari segi kepentingannya pada akhir masa ini dan Amesbury Archer, ditemukan pada tahun 2002 tiga batu ke selatan, membayangkan bagaimana Stonehenge kelihatan pada masa ini. Stonehenge IIIa dikatakan diba ngun oleh orang Beaker

Stonehenge IIIb

Pada aktivitas fase berikutnya pada akhir milenium ketiga 74 SM mendapati batu Sarsen yang besar dibawa dari kueri 20 batu di utara di lokasi Marlborough Downs. Batu-batu tersebut dikemaskan dan dibentuk dengan sambungan pasak dan ruas sebelum 30 didirikan membentuk bulatan tiang batu berukuran 30 meter diameter dengan 29 atap batu ( lintel ) di atas. Setiap bongkah batu seberat 25 ton dan jelas dibentuk dengan tujuan membuat kagum.

Batu orthostat lebar sedikit di bagian atas agar memberikan gambaran ia kelihatan lurus dari bawah ke atas sementara batu alang melengkung sedikit untuk menyambung gambaran bundar monumen lebih awal.

Di dalam bulatan ini terletak lima trili thon batu sarsen diproses dan disusun dalam bentuk ladam. Batu besar ini, sepuluh menegak dan lima batu alang, dengan berat masing-masing hingga 50 ton yang disambungkan dengan sambungan rumit. Ukiran pisau belati dan kepala kapak terdapat di sarsen. Dalam masa ini, jalan sepanjang 500 meter dibangun, menuju ke arah timur laut dari pintu masuk dan mengandung dua pasang tambak selaras yang berparit di tengahnya. Terakhir dua batu portal besar dipasangkan di pintu masuk yang kini hanya tinggal satu, Batu Penyembelihan ( Slaughter Stone ) 4,9 meter (16 kaki) panjang. Hal ini dipercayai hasil kerja kebudayaan Wessex Zaman Perunggu awal, sekitar 2000 SM.

Stonehenge IIIc

Selepasnya pada Zaman Perunggu, batu biru kelihatannya telah ditegakkan semula, dalam bulatan antara dua tiang sarsen dan juga dalam bentuk ladam di tengah, mengikuti tata layout sarsen. Walaupun ia kelihatannya satu fase kerja yang menakjubkan, pembangunan Stonehenge IIIc dibangun kurang teliti berbanding Stonehenge IIIb, batu biru yang ditegakkan kelihatannya mempunyai pondasi yang tidak kokoh dan mulai tumbang. Salah satu dari batu yang tumbang telah diberi nama yang kurang tepat sebagai Batu Penyembahan ( Altar Stone ). Dua bulatan lubang juga digali di luar bulatan batu yang dikenal sebagai lubang Y dan Z. Lubang-lubang ini tidak pernah diisi dengan batu dan pembangunan lokasi peringatan ini kelihatannya terbiarkan sekitar 1500 SM.

Stonehenge IV

Sekitar 1100 SM, jalan raya Avenue disambung sejauh lebih dari dua batu sampai ke Sungai Avon walaupun tidak jelas siapakah yang terlibat dalam kerja pembangunan tambahan ini.

Teori mengenai Stonehenge

Penelitian serius pertama dilakukan sekitar 1740 oleh William Stukeley. Stukeley keliru menyatakan bahwa lokasi ini dibangun oleh Druid, tetapi sumbangannya yang terpenting adalah mengambil gambar yang terukur mengenai lokasi Stonehenge yang membenarkan analisis yang lebih tepat tentang bentuk dan kepentingannya. Yang menunjukkan bahwa henge dan batunya disusun dalam bentuk tertentu yang mempunyai kepentingan astronomi.

Gerald Hawkins, Seorang Profesor Astronomi. Juga mengeluarkan pernyataan bahwa fungsi sesungguhnya dari Stonehenge dimasa lalu adalah sebagai Observatorium Astronomi yang canggih untuk meramalkan datangnya Gerhana Matahari ataupun Bulan (Stonehenge Decoded). Munurutnya, peletakkan setiap batu pada stonehenge mengandung kekayaan informasi untuk menunjang pernyataan tersebut.

Menurutnya, “Jika anda bisa memahami posisi pada setiap susunan batu, maka anda pasti dapat menyimpulkan mengenai kegunaan Stonehenge pada masa lalu”. Para Astronom lainnya juga menemukan siklus 56 tahun Gerhana Matahari dan Bulan dengan cara mendecode setiap batu pada Stonehenge.

Pada setiap batu tegak, merefleksikan posisi tertentu dari cahaya matahari, sehingga sangat akurat untuk menunjukkan siklus perhitungan astronomi. Sungguh hebat orang-orang zaman itu.

Bagaimana batu biru diangkut dari Wales telah banyak dibincangkan dan berdasarkan penelitian bahwa ia mungkin merupakan sebagian dari batu peringatan lebih awal di Pembrokeshire dan dibawa ke Dataran Salisbury ( Salisbury Plain ). Banyak arkeolog percaya bahwa Stonehenge merupakan percobaan mengekalkan dalam bentuk batu, bangunan papan yang bertaburan di Dataran Salisbury seperti Tembok Durrington.

Monumen ini diselaraskan timur laut - barat daya dan keutamaan diletakkan oleh pembangunnya pada titik balik matahari dan equinox sebagai contohnya, pada pertengahan pagi musim panas, matahari muncul tepat di puncak batu tumit ( Heel stone ), dan cahaya pertama matahari ke tengah Stonehenge antara dua susunan batu berbentuk ladam. Ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Matahari timbul pada arah berlainan pada permukaan geografi tempat berlainan. Untuk penyelarasan itu tepat, ia mesti diperkirakan tepat untuk garis lintang Stonehenge pada 51° 11’. Penyelarasan ini, tentunya dasar bagi reka dan bentuk dan tempat bagi Stonehenge. AlexanderThom berpendapat bahawa lokasi tersebut diatur menurut ukuran yar megalitikum.

Maka sebagian pendapat bahwa Stonehenge melambangkan tempat observatorium kuno, walaupun berapa jauh penggunaan Stonehenge untuk tujuan tersebut dipertentangkan. Sebagian pendapat pula mengemukakan teori bahwa ia melambangkan farah besar (Artikel dari the Observer), komputer atau juga lokasi pendaratan makhluk asing.

Banyak perkiraan mengenai pencapaian mesin diperlukan untuk membangun Stonehenge. Mengandaikan bahwa batu biru ini dibawa dari Wales dengan tenaga manusia dan bukannya oleh gletser sebagaimana dugaan Aubrey Burl, pelbagai cara untuk memindahkannya dengan menggunakan tali dan kayu. Pada 2001, suatu percobaan untuk mengalihkan satu batu besar sepanjang jalan darat dan laut yang mungkin dari Wales ke Stonehenge. Sukarelawan menariknya di atas luncur ( sledge ) kayu di daratan tetapi jika dipindahkan ke replika bot prasejarah, batu tersebut tenggelam diSelat Bristol.

Ukiran senjata pada sarsen adalah unik pada seni megalitikum di Kepulauan British ( British Isles ) di mana desain lebih abstrak, begitu juga batu berbentuk ladam kuda adalah luar biasa bagi kebudayaan yang mengatur batu dalam bentuk bundar. Motif tersebut biasa bagi penduduk Brittany pada masa itu dan pada dua fase Stonehenge telah dibangun di bawah pengaruh continental influence. Ini dapat menjelaskan pada satu tahap, tentang reka dan bentuk monumen, tetapi pada keseluruhannya, Stonehenge masih dapat dijelaskan dari segala konteks kebudayaan Eropa prasejarah.

Perkiraan mengenai tenaga manusia yang diperlukan untuk membangun pelbagai fase Stonehenge meletakkan jumlah keseluruhan yang terlibat atas berjuta jam manusia bekerja. Stonehenge I kemungkinan memerlukan sekitar 11.000 jam, Stonehenge II sekitar 360.000 dan pelbagai baian bagi Stonehenge III mungkin melibatkan sehingga 1.75 juta jam. Membentuk batu-batu ini diperkirakan memerlukan 20 juta jam manusia menggunakan perkakas primitif yang terdapat pada masa itu.

Mitos dan legenda

Batu Tumit ( The Heel Stone ) pada suatu masa dikenal sebagai Friar’s Heel. Cerita rakyat, yang tidak dapat dipastikan asalnya lebih awal dari abad ke tujuh belas, menceritakan asal nama batu ini.

Sebagian pendapat mendakwa Tumit Friar ( “Friar’s Heel” ) adalah perubahan nama “Freya’s He-ol” atau “Freya Sul”, dari nama Dewa Jerman Freya dan (didakwa) perkataan Welsh bagi “laluan” dan “hari matahari” menurut turutan.

Sebuah argumen yang mengejutkan tentang sejarah Stonehenge di kemukakan oleh seorang ahli Sejarah dan Topografi Irlandia, Gerald Wales. Dia menyebutkan bahwa Manusia Raksasa telah membawa batu-batu maha besar tersebut dari Afrika ke Inggris. Dari struktur geologi pada batu-batu penyusun Stonehenge sendiri memang menunjukkan bahwa batu-batu maha besar itu bukanlah berasal dari wilayah Eropa, karena strukturnya sangat berbeda, namun mirip dengan batu-batuan dari wilayah Afrika.

Stonehenge juga dikaitkan dengan legenda Raja Arthur. Geoffrey dari Monmouth berkata bahwa tukang sihir Merlin telah melakukan pemindahan Stonehenge dari Irlandia, di mana ia telah dibangun di Gunung Killaraus oleh raksasa yang membawa batu-batu tersebut dari Afrika.

Jika Manusia raksasa itu memang ada, seperti yang kita ketahui, pembangunan The Great Pyramid Giza Mesir, katanya juga ada sangkut pautnya dengan para Manusia Raksasa. Bagaimana cara mereka membawa batu-batu berat tersebut? Mungkin hal ini dimungkinkan jika Manusia Raksasa dengan tinggi 7-10 meter yang mengangkut sekaligus menyusun bebatuan tersebut.

loves


Love

On my wedding day, I carried my wife in my arms. The bridal car stopped in front of our one-room flat. My buddies insisted that I carry her out of the car in my arms. So I carried her into our home. She was then plump and shy. I was a strong and happy bridegroom.

 This was the scene of ten years ago. The following days were as simple as a cup of pure water. We had a kid, I went into business and tried to make more money. When the assets were steadily increasing, the affections between us seemed to ebb. She was a civil servant. Every morning we left home together and got home almost at the same time. Our kid was studying in a boarding school. Our marriage life seemed to be enviably happy. But the calm life was more likely to be affected by unpredictable changes.

Dew came into my life.

 It was a sunny day. I stood on a spacious balcony. Dew hugged me from behind. My heart once again was immersed in her stream of love. This was the apartment I bought for her. Dew said, "You are the kind of man who best draws girl's eyeballs." Her words suddenly reminded me of my wife. When we just married, my wife said "Men like you, once successful, will be very attractive to girls." Thinking of this, I became somewhat hesitant. I knew I had betrayed my wife. But I couldn't help doing so.

 I moved Dew's hands aside and said, "You go to select some furniture, O.K.? I've got something to do in the company." Obviously she was unhappy, because I had promised her to go and see with her. At the moment, the idea of divorce became clearer in my mind although it used to be something impossible to me. However, I found it rather difficult to tell my wife about it. No matter how mildly I mentioned it to her, she would be deeply hurt. Honestly, she was a good wife. Every evening she was busy preparing dinner. I was sitting in front of the TV. The dinner was ready soon. Then we watched TV together or, I was lounging before the computer, visualising Dew's body. This was the means of my entertainment.

One day I said to her in a slight joking way. "Suppose we divorce, what will you do?" She stared at me for a few seconds without a word. Apparently she believed that divorce was something too far away from her. I couldn't imagine how she would react once she got to know I was serious.

 When my wife went to my office, Dew had just stepped out. Almost all the staff looked at my wife with a sympathetic eye and tried to hide something while talking with her. She seemed to have got some hint. She gently smiled at my subordinates. But I read some hurt in her eyes.

 Once again, Dew said to me. "He Ning, divorce her, O.K.?" Then we live together. I nodded. I knew I could not hesitate any more.

 When my wife served the last dish, I held her hand. "I've got something to tell you". She sat down and ate quietly. Again I observed the hurt in her eyes. Suddenly I didn't know how to open my mouth. But I had to let her know what I was thinking. I want to divorce. I raised the serious topic calmly. She didn't seem to be much annoyed by my words, instead she asked me softly, "Why?" I'm serious. I avoided her question. This so-called answer turned her angry. She threw away the chopsticks and shouted at me. "You are not a man!" At that night, we didn't talk to each other. She was weeping. I knew she wanted to find out what had happened to our marriage. But I could hardly give her a satisfactory answer, because my heart had gone to Dew.

 With a deep sense of guilt, I drafted a divorce agreement which stated that she could own our house, our car, and 30% stake of my company. She glanced at it and then tore it into pieces. I felt a pain in my heart. The woman who had been living ten years with me would become a stranger one day. But I could not take back what I had said. Finally she cried loudly in front of me, which was what I had expected to see. To me her cry was actually a kind of release. The idea of divorce which had obsessed me for several weeks seemed to be firmer and clearer.

 A late night, I came back home after entertaining my clients. I saw her writing something at the table. I fell asleep fast. When I woke up, I found she was still there. I turned over and was asleep again. She brought up her divorce conditions. She didn't want anything from me, but I was supposed to give her one month's time before divorce, and in the month's time we must live as normal life as possible. Her reason was simple. Our son would finish his summer vacation a month later and she didn't want him to see our marriage broken. She passed me the agreement she drafted, and then asked me, "He Ning, do you still remember how I entered our bridal room on the wedding day?" This question suddenly brought back all those wonderful memories to me. I nodded and said, "I remember." "You carried me in your arms." She continued, "So, I have a requirement, that is, you carry me out in your arms on the day when we divorce. From now to the end of this month, you must carry me out from the bedroom to the door every morning." I accepted with a smile. I knew she missed those sweet days and wished to end her marriage with a romantic form.

 I told Dew about my wife's divorce conditions. She laughed loudly and thought it was absurd. "No matter what tricks she does, she has to face the result of divorce." She said scornfully. Her words more or less made me feel uncomfortable.

 My wife and I hadn't had any body contact since my divorce intention was explicitly expressed. We even treated each other as a stranger. So when I carried her out for the first day, we both appeared clumsy. Our son clapped behind us, daddy is holding mummy in his arms. His words brought me a sense of pain. From the bedroom to the sitting room, then to the door, I walked over ten meters with her in my arms.

She closed her eyes and said softly. "Let us start from today, don't tell our son." I nodded, feeling somewhat upset. I put her down outside the door. She went to wait for bus, I drove to office.

 On the second day, both of us acted much more easily. She leaned on my chest. We were so close that I could smell the fragrance of her blouse. I realised that I hadn't looked at this intimate woman carefully for a long time. I found she was not young any more. There were some fine wrinkles on her face.

 On the third day, she whispered to me, "The outside garden is being demolished. Be careful when you pass there."

 On the fourth day, when I lifted her up, I seemed to feel that we were still an intimate couple and I was holding my sweetheart in my arms. The visualisation of Dew became vaguer.

On the fifth and sixth day, she kept reminding me something, such as, where she put the ironed shirts, I should be careful while cooking, etc. I nodded. The sense of intimacy was even stronger. I didn't tell Dew about this. I felt it was easier to carry her. Perhaps the everyday workout made me stronger.

 I said to her, "It seems not difficult to carry you now." She was picking her dresses. I was waiting to carry her out. She tried quite a few but could not find a suitable one. Then she sighed, "All my dresses have grown fatter." I smiled. But I suddenly realised that it was because she was thinner that I could carry her more easily, not because I was stronger. I knew she had buried all the bitterness in her heart. Again, I felt a sense of pain. Subconsciously I reached out a hand to touch her head. Our son came in at the moment. "Dad, it's time to carry mum out." He said. To him, seeing his father carrying his mother out had been an essential part of his life. She gestured our son to come closer and hugged him tightly. I turned my face because I was afraid I would change my mind at the last minute. I held her in my arms, walking from the bedroom, through the sitting room, to the hallway. Her hand surrounded my neck softly and naturally. I held her body tightly, as if we came back to our wedding day. But her much lighter weight made me sad.

On the last day, when I held her in my arms I could hardly move a step. Our son had gone to school. She said, "Actually I hope you will hold me in your arms until we are old." I held her tightly and said, "Both you and I didn't notice that our life was lack of such intimacy."

 I jumped out of the car swiftly without locking the door. I was afraid any delay would make me change my decision. I walked upstairs. Dew opened the door. I said to her, "Sorry, Dew, I won't divorce. I'm serious." She looked at me, astonished. Then she touched my forehead, "You got no fever." I moved her hand off my head. "Sorry, Dew. I can only say sorry to you.

 I won't divorce. My marriage life was boring probably because she and I didn't value the details of life, not because we didn't love each other any more. Now I understand that since I carried her into the home, she gave birth to our child, I am supposed to hold her until I am old. So I have to say sorry to you."

Dew seemed to suddenly wake up. She gave me a loud slap and then slammed the door and burst into cry. I walked downstairs and drove to the office.

When I passed the floral shop on the way, I ordered a bouquet for my wife which was her favourite. The salesgirl asked me to write the greeting words on the card. I smiled and wrote. "I'll carry you out every morning until we are old."